
Tiga mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Simalungun (USI) akan mewakili kampus dalam ajang Lomba Debat Hukum Bawaslu 2025 tingkat nasional. Mereka adalah Perwani Anggun Sari (Semester 7), Prity Salsabila (Semester 7), dan Josua Situmeang (Semester 5).
Ajang bergengsi yang diadakan oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Republik Indonesia ini mengangkat tema “Penguatan Penegakan Hukum Pemilu”. Ketiganya berhasil lolos seleksi internal fakultas dan kini tengah mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang diikuti oleh perguruan tinggi se-Indonesia.
Perwani Anggun Sari menceritakan awal keikutsertaannya berawal dari rekomendasi Wakil Dekan I, Dr. Desy K.C. Sitepu, S.H., M.H.
“Saya dihubungi oleh Ibu Desy dan direkomendasikan untuk mengikuti lomba debat yang diadakan oleh Bawaslu. Dari situ saya merasa tertantang dan bersemangat mengikuti setiap tahapannya,” ujarnya.
Motivasi Perwani mengikuti lomba ini adalah untuk memberikan kesan baik bagi almamater sebelum menjadi alumni.
“Saya ingin mengharumkan nama USI, khususnya Fakultas Hukum,” tambahnya.
Dalam proses persiapan, Perwani mengakui tantangan terbesar adalah membagi waktu antara magang dan penyusunan artikel ilmiah.
“Kami membuat artikel dengan tingkat plagiasi hanya 17%, di bawah batas maksimal 25%. Semua bisa berjalan lancar berkat kerja sama tim,” jelasnya.
Sementara itu, Prity Salsabila juga menyampaikan hal serupa. Ia mengaku tertarik ikut karena dorongan dari Wakil Dekan I dan dukungan penuh dari pihak fakultas.
“Persiapannya cukup panjang, terutama dalam pembuatan artikel yang memerlukan banyak referensi dari undang-undang dan jurnal. Untuk video presentasi, kami hanya punya waktu dua hari,” ujar Prity.
Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi dan dukungan tim.
“Selain dosen pembimbing Bapak Raja Ingat Saragih, kami juga mendapat dukungan dari Bapak Dekan Sarles, Ibu Desy, dan Ibu Elpina. Teman-teman juga ikut membantu dalam pembuatan dan pengeditan video,” tambahnya.
Prity menilai tema lomba tahun ini sangat relevan dengan kondisi penegakan hukum pemilu di Indonesia.
“Masih banyak dugaan pelanggaran pemilu yang tidak tuntas diproses. Kami ingin Bawaslu diberikan kewenangan lebih kuat, bahkan menjadi penyidik tunggal agar penanganan kasus lebih efisien,” jelasnya.
Sementara itu, Josua Situmeang mengaku sempat kaget saat pertama kali ditunjuk sebagai kandidat, namun melihat kesempatan berharga ini, ia bertekad memberikan yang terbaik.
“Ini kesempatan yang mungkin datang sekali seumur hidup. Jadi saya berusaha semaksimal mungkin untuk berkontribusi,” katanya.
Bagi Josua, lomba ini bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi juga pembentukan karakter dan kemampuan berpikir kritis.
“Tema kali ini sangat menantang karena kami harus menyesuaikan pandangan dan argumentasi dengan rekan satu tim,” ujarnya.
Ketiga mahasiswa ini dibimbing langsung oleh Bapak Raja Ingat Saragih, S.H., M.H., dosen Fakultas Hukum yang berpengalaman di Bawaslu. Mereka mengusung artikel berjudul “Optimalisasi Peran dan Fungsi Bawaslu”, dengan gagasan utama agar Bawaslu memiliki kewenangan penuh sebagai penyidik tunggal dalam penegakan tindak pidana pemilu.
“Harapan kami bisa lolos ke 23 besar nasional dan berkompetisi langsung di Jakarta,” ungkap mereka.
Selain membawa nama baik kampus, ketiganya berharap pengalaman ini bisa menjadi inspirasi bagi mahasiswa lain.
“Jangan takut untuk tampil dan tunjukkan kemampuan diri sendiri. Perbanyak baca, latihan public speaking, dan jangan ragu ikut kompetisi seperti ini karena nilainya bukan hanya pada lomba, tapi pada pengalaman,” tutup Prity.
Reporter: Elvira, Kevin, Welpin