
Sejumlah mahasiswa tingkat akhir dari berbagai fakultas di Universitas Simalungun (USI) menyampaikan keluh kesah dan harapan mereka terhadap fasilitas perpustakaan kampus yang dinilai belum maksimal dalam mendukung proses penyusunan skripsi. Meski keberadaan perpustakaan seharusnya menjadi penunjang utama bagi mahasiswa, kenyataannya banyak dari mereka yang lebih memilih mencari referensi dari internet atau perpustakaan luar kampus.
Berinsial TBT, Mahasiswa tingkat akhir fakultas hukum, TBT mengungkapkan bahwa dirinya tidak terlalu sering mengunjungi perpustakaan kampus saat menyusun skripsi. Hal ini disebabkan oleh kurangnya koleksi buku yang relevan dengan topik yang ia angkat.
“Di perpustakaan umum maupun fakultas, tidak terlalu banyak menyediakan buku atau referensi mengenai judul yang saya angkat,” ungkapnya.
Meski begitu, TBT mengakui masih memanfaatkan beberapa buku cetakan lama dan referensi judul skripsi sebelumnya yang tersedia.
“Kalau ada pun, paling buku cetakan lama, lima tahun ke belakang. Tapi itu bisa saya mengangkat pengajuan judul, karena kan memang syaratnya begitu,” jelasnya.
TBT juga menegaskan bahwa ia tidak mengalami kendala saat menggunakan layanan perpustakaan. Namun, ia berharap layanan dan fasilitas perpustakaan ditingkatkan.
“Perlu ditingkatkan, biar makin banyak buku dan referensi skripsi juga. Supaya mahasiswa nggak perlu ke luar kampus lagi cari bahan,” tambahnya.
Insial AP, Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Selaras dengan TBT, AP juga mengungkapkan bahwa ia hanya sekali mengunjungi perpustakaan kampus selama masa skripsi, itupun karena baru mengetahui keberadaannya.
“Saya baru tahu kalau di situ ada perpustakaan. Biasanya saya ke perpustakaan luar kampus untuk mendukung skripsi,” katanya.
Ia mengeluhkan bahwa perpustakaan kampus sering tampak tutup dan kurang menarik perhatian mahasiswa.
“Tampilannya perlu diubah, tolong tebang pohon yang menutupi pintu perpustakaan. Biar kelihatan terang dan mahasiswa tahu ada perpustakaan. Saya pun kalau tahu itu terbuka, pasti rajin ke sana,” ujarnya.
AP juga menyebut bahwa koleksi buku di perpustakaan kampus masih belum memadai, terutama referensi terkini.
“Hanya ada buku tahun lama. Saya akhirnya cari referensi di internet dan Perpustakaan Bank Indonesia,” tambahnya.
Mahasiswa berinsial NS, Mahasiswa Fakultas Pertanian, Di samping itu, NS juga merasa perpustakaan kampus belum banyak membantu dalam penyusunan skripsi. Ia lebih mengandalkan perpustakaan di fakultas, meski menyadari hal itu juga belum cukup.
“Nggak terlalu membantu ya, karena di fakultas pun ada perpustakaan yang bisa membantu proses skripsi. Tapi paling nggak ada juga yang bisa dimanfaatkan,” katanya.
NS menekankan pentingnya peningkatan pelayanan dan fasilitas perpustakaan.
“Perlu ditingkatkan. Referensi bukan cuma untuk skripsi, tapi juga buat perkuliahan sehari-hari,” ucapnya.
NS juga mencari referensi tambahan dari internet, dan berharap jumlah buku di perpustakaan kampus ditambah serta bangunannya diperbaiki.
Jh, Mahasiswa Akhir Fakultas Ekonomi, Jh mengaku hanya sekali datang ke perpustakaan, itu pun bukan untuk cari referensi, melainkan untuk melengkapi berkas sidang.
“Saya hanya datang karena harus mengurus berkas sidang meja hijau. Bayar Rp 150.000,” katanya.
Ia menilai perpustakaan belum diperbarui dan isinya masih banyak buku lama.
“Belum ada referensi skripsi yang saya temukan di sana. Saya lebih memilih ke Perpustakaan Kota atau Bank Indonesia,” katanya.
Jh memberikan saran agar perpustakaan melakukan sosialisasi dan pembaruan koleksi, karena mahasiswa butuh referensi dari kampus sendiri.
“Sistem pengelolaan bukunya perlu diperbaiki. Kita harus bicara ke depan, bukan ke belakang. Supaya adik-adik kami bisa merasakan manfaat perpustakaan,” ujarnya.
Muhammad Jul Afandi, Mahasiswa Akhir Fakultas Ekonomi, Di samping itu, Jul Afandi secara jujur mengakui bahwa ia tidak pernah masuk ke dalam perpustakaan, kecuali untuk membuat kartu perpustakaan sebagai syarat.
“Saya bayar Rp 150.000, tapi nggak pernah masuk. Mungkin karena nggak ada buku terbaru juga, jadi nggak tertarik,” katanya.
Ia melihat kurangnya minat mahasiswa ke perpustakaan juga karena tidak adanya arahan dari dosen.
“Dosen juga nggak pernah nyuruh cari buku ke perpustakaan. Sekarang kan semua serba online, pakai AI juga bisa,” ujarnya.
Menurutnya, sebagian besar mahasiswa sibuk dengan aktivitas UKM, sehingga minat ke perpustakaan makin menurun.
“Kalau bukan karena syarat skripsi, mungkin nggak akan ke perpustakaan. Banyak juga yang cuma ke sana buat lihat contoh skripsi,” ujarnya.
Jul menilai perbedaan utama perpustakaan kampus dengan perpustakaan luar ada pada kelengkapan buku.
“Saya pernah ke lantai satu aja, belum ke lantai dua. Tapi memang koleksinya kurang lengkap di banding perpustakaan kota, ” katanya.
Ia berharap perpustakaan USI bisa lebih aktif melakukan promosi dan pembaruan koleksi.
“Buku-bukunya perlu diperbanyak, promosinya juga. Mahasiswa kan butuh yang terbaru,” tutupnya.
Repoerter : Elvira & Anisa