
Menjadi mahasiswa cumlaude bukanlah perjalanan instan. Di balik toga dan gelar Sarjana, tersimpan kisah perjuangan, air mata, dan kerja keras yang patut diapresiasi. Tiga alumni Universitas Simalungun – Reisya Fitri Ramalia (Hukum), Putri Salsabila Daulay (Pertanian), dan Elsa Naibaho (Ekonomi Pembangunan) – membagikan pengalaman mereka dalam menghadapi tantangan selama kuliah, terutama saat menyelesaikan skripsi.
Reisya, lulusan Fakultas Hukum, mengaku tantangan terbesarnya terletak pada proses bimbingan yang kadang tidak bisa langsung dilakukan karena harus menyesuaikan waktu dengan dosen. “Ada kalanya dosennya belum bisa ditemui karena sedang mengajar, rapat, atau masih membimbing mahasiswa lain. Jadi memang harus sabar menunggu dan pintar mengatur waktu,” ujarnya.
Sementara itu, Putri dari jurusan Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, dihadapkan pada dilema antara magang dan penelitian. “Saat penelitian, saya juga sedang magang. Sempat bingung harus prioritaskan yang mana. Tapi alhamdulillah, bisa dijalani dengan manajemen waktu yang baik,” katanya.
Elsa, dari Fakultas Ekonomi, menuturkan bahwa konsistensi adalah tantangan terbesarnya. “Kadang udah ngerjain, terus dicek ada yang perlu direvisi, jadi harus ulang. Di situ mental benar-benar diuji,” ungkapnya.
Meski menghadapi rintangan, ketiganya berhasil lulus dengan predikat cumlaude.
Reisya menekankan pentingnya kehadiran di kelas tepat waktu untuk menangkap inti materi. Ia juga terbiasa mengingatkan diri sendiri dan teman-teman agar tidak menunda tugas. “Dari semester 1 sampai 2 saya jadi komting sisanya saya jadi wakil, jadi udah terbiasa disiplin,” katanya. Ia menambahkan bahwa akhlak terhadap dosen, teman, dan lingkungan sangat menentukan. “Akhlak itu penting. Saling menghargai dan menjaga etika itu harus dijaga,” ujarnya.
Putri menyarankan agar mahasiswa fokus pada tujuan dan tidak mudah terpengaruh ajakan yang kurang produktif. “Jangan gampang ikut nongkrong kalau memang itu bisa ganggu prioritas kita. Waktu itu penting banget,” pesannya.
Elsa mengingatkan pentingnya menjaga nilai agar tetap stabil. Menurutnya, kehadiran di kelas, menyelesaikan tugas, dan menjaga semangat belajar sangat mempengaruhi hasil akhir. “Walau revisi kadang bikin capek, tapi jangan menyerah. Nilai itu bisa dijaga dengan konsistensi,” tuturnya.
Ketiganya sepakat bahwa doa serta dukungan keluarga, terutama orang tua, menjadi pondasi kuat dalam proses menyelesaikan studi hingga tahap akhir.
Kisah tiga alumni cumlaude ini membuktikan bahwa keberhasilan selalu diawali dengan perjuangan. Entah dari segi waktu, prioritas, atau tantangan akademik, semua bisa dilalui dengan semangat, ketekunan, manajemen waktu yang baik, dan sikap yang positif.
Pesan mereka untuk mahasiswa yang masih berjuang sederhana: tetap belajar, jaga semangat, dan jangan lupakan nilai-nilai kebaikan. Karena pada akhirnya, proses yang dijalani dengan sungguh-sungguh akan membawa hasil yang sepadan.
Reporter : Intan & Yessy