
Pada 14 Juli 2025 Suasana haru dan penuh semangat mewarnai pelaksanaan wisuda Universitas Simalungun yang digelar di Auditorium Radjamin Purba pada Senin, 14 Juli 2025. Sebanyak 643 wisudawan dari berbagai fakultas resmi dikukuhkan. Momen ini menjadi penanda berakhirnya perjuangan akademik sekaligus awal langkah baru di dunia nyata. Di tengah suasana meriah, beberapa wisudawan membagikan kesan dan pesan mereka baik tentang perjalanan kuliah, harapan setelah lulus, maupun semangat untuk adik tingkat.
Fransiskus Sijabat, wisudawan dari Fakultas Hukum, mengungkapkan bahwa masa kuliahnya penuh warna. Ia menyebut bahwa dosen-dosen yang ia temui memiliki karakter yang beragam.
“Ada yang baik, ada juga yang bikin kesal. Intinya, semuanya memuaskan,” ujarnya santai.
Untuk adik tingkat, ia berpesan agar tetap semangat dan serius agar bisa segera menyusul ke panggung wisuda.
Julianti Sinaga, mahasiswa dari Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, merasa bersyukur menjadi bagian dari 643 wisudawan tahun ini. Ia menilai bahwa acara wisuda berlangsung meriah dan tertata baik.
“Sangat luar biasa, apalagi USI bisa mewisuda sebanyak itu. Dari tampilan hingga sound system sudah menarik,” katanya.
Ia memberi semangat kepada teman-teman seangkatannya agar tetap kuat menghadapi dunia kerja yang menanti.
“Tetap semangat, jangan putus asa. Banyak lowongan kerja di luar sana. Dan yang penting, tetaplah bernapas,” ujarnya sambil tersenyum.
Untuk adik tingkat yang masih berjuang menyelesaikan studi, Julianti memberi pesan yang dalam.
“Segera selesaikan studimu. Di depan sana ada sesuatu yang bisa kau raih, dan yang paling utama: orang tuamu. Mereka menunggu hasil perjuanganmu,” ucapnya. Ia juga menambahkan bahwa wisuda sejatinya hanyalah formalitas, tapi proses di baliknya sangat berarti.
Belly Purba dari FKIP Prodi Bahasa Inggris menilai proses perkuliahan di USI cukup lengkap dan membuat mahasiswa merasa nyaman.
“Dosen-dosennya tidak mempersulit. Kita juga merasa nyaman saat mengerjakan tugas,” katanya. Namun, ia memberikan catatan untuk kampus, khususnya terkait area parkir di FKIP.
“Kalau nggak di bawah pohon, ya nggak tahu lagi mau parkir di mana,” ujarnya sambil tertawa.
Sementara itu, Fadlan Farzaroji dari prodi yang sama mengungkapkan bahwa selama ini perkuliahan terasa nyaman, fasilitas seperti laboratorium bahasa dan perpustakaan pun lengkap. Ia juga berbagi cerita tentang proses menyusun skripsi yang menurutnya berada di antara mudah dan sulit.
“Dibilang gampang enggak, susah juga enggak. Soalnya kita harus siap mental untuk revisi, dan menyesuaikan jadwal dengan dosen. Jangan nunda,” jelasnya.
Ia juga berpesan pada adik tingkat agar tidak menunda tugas akhir dan mulai fokus sejak dini. “Sebisa mungkin susun tugas akhir dari sekarang.”
Fahri Siregar dari Fakultas Ekonomi, Prodi Ekonomi Pembangunan, menilai bahwa pelaksanaan wisuda cukup menarik dengan jumlah tamu yang banyak. Namun ia menyoroti kondisi dalam ruangan yang cukup panas dan pengap.
“Kasihan juga orang tua yang datang, kelihatan kepanasan,” katanya.
Saat ditanya soal pengalaman kuliah, Fahri hanya menjawab singkat, “Saya kupu-kupu, nggak ada kesan.” Meski demikian, ia tetap optimis memberi pesan kepada adik tingkat. “Semua bisa dilewati.”
Dari beragam cerita yang disampaikan, tampak bahwa setiap wisudawan membawa kisah perjuangannya masing-masing. Meski latar belakang dan tantangan berbeda, mereka sepakat bahwa semangat pantang menyerah, disiplin, dan dukungan orang tua menjadi kunci menyelesaikan pendidikan hingga akhir. Bagi adik tingkat, pesan mereka jelas: tetap semangat, jangan menyerah, dan bersiaplah menyusul ke panggung wisuda berikutnya.
Reporter : Dear