Isu mengenai kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang berpotensi menggantikan pekerjaan manusia menjadi bahan perbincangan hangat di kalangan mahasiswa. Ribka Dwinda, mahasiswa FKIP Universitas Simalungun, menilai bahwa kehadiran AI tidak sepenuhnya harus ditakuti.
Menurutnya, meskipun AI mampu menggantikan sejumlah pekerjaan, cakupannya masih terbatas.
“Not really, karena kemungkinan hanya sedikit cakupan pekerjaan yang mungkin possible di-take over oleh AI,” ujarnya saat diwawancarai Kru Samudera (12/9).
Ribka menilai pekerjaan yang paling berisiko tergantikan adalah pekerjaan rutin dan berbasis data, seperti kasir otomatis, layanan pelanggan (customer service), hingga analisis data.
“Pekerjaan yang biasa dilakukan tiap hari tapi based on data dan digital itu sangat mungkin digantikan AI,” tambahnya.
Namun, ia menekankan bahwa AI sejatinya hanyalah sebuah alat (tools) yang dapat membantu manusia dalam bekerja.
“AI sebenarnya tools yang sangat membantu untuk mempermudah pekerjaan, seperti cari ide-ide kreatif, cari referensi, dll. Jadi akan sangat membantu. Tapi akan jadi threat kalau digunakan dengan cara yang salah,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ribka menilai ada keterampilan yang tidak bisa digantikan AI, antara lain pemikiran kritis, kepemimpinan, kreativitas, dan yang terpenting adalah empati.
“AI tidak memiliki empati. Itu sebabnya manusia tetap bisa kendalikan itu semua,” tegasnya.
Terkait peran kampus dalam menghadapi era AI, Ribka menyebut perguruan tinggi sebaiknya mulai menerapkan pemanfaatan teknologi ini dalam sistem pembelajaran. Ia mencontohkan penggunaan e-book maupun platform seperti Canva yang memudahkan mahasiswa menyelesaikan tugas.
“AI sangat membantu, jadi baik dosen maupun mahasiswa harus aware dengan AI karena memang itu yang dibutuhkan di era digital sekarang,” tutupnya.
Reporter: Yessi
sumber gambar : detikInet
